PENGGUNAAN KOMUNIKASI FATIS DALAM
PENGELOLAAN HUBUNGAN DI TEMPAT KERJA
SMK
IPTEK JAKARTA-Adm. Umum
Komunikasi
merupakan bagian paling mendasar dalam kehidupan manusia. Komunikasi yang
memungkinkan manusia membangun suatu kerangka rujukan dan menggunakannya
sebagai panduan untuk menafsirkan situasi apapun yang mereka hadapi. Dengan
komunikasi, manusia mempelajari dan menerapkan cara-cara untuk mengatasi
permasalahan dalam kehidupan sosial (Mulyana, 2010). Komunikasi antarpribadi
dianggap sebagai salah satu strategi untuk membangun dan mempertahankan
hubungan yang efektif antara organisasi dengan publik.
Komunikasi
antarpribadi memiliki fungsi untuk membantu mengumpulkan informasi mengenai
individu sehingga dapat memprediksikan respon yang akan timbul. Hal tersebut
didukung oleh Wiryanto (2006: 32), komunikasi antarpribadi sebagai komunikasi
yang berlangsung dalam situasi tatap muka antara dua orang atau lebih, baik
secara teroganisasi maupun pada kerumunan orang. Komunikasi memiliki peranan
penting, terutama pada konteks komunikasi di tempat kerja. Dalam komunikasi
organisasi, setiap individu dalam organisasi tersebut mendapatkan komunikasi untuk
menjalankan fungsi dan tugas masing-masing.
Penggunaan
komunilasi fatis sangat sering terjadi ditempat kerja, karena dianggap sebagai
pembuka dalam hubungan yang lebih akrab. Komunikasi fatis sangat berperan dalam
pembentukan hubungan dan menciptakan hubungan yang erat antar sesama rekan
kerja .Ketika
seseorang beinteraksi dengan orang lain, maka saat itulah komunikasi mengambil
peranan penting dalam hubungan yang tercipta. Komunikasi yang sedang
berlangsung antar individu terbagi atas apa yang dimaksud dengan komunikasi
verbal atau pun komunikasi non verbal.
Komunikasi
verbal adalah komunikasi yang bersifat lisan atau komunikasi dengan menggunakan
kata-kata (lisan) maupun tulisan (Devito, 2012). Melalui kata-kata, mereka
mengungkapkan perasaan, emosi, pemikiran, gagasan, atau maksud mereka,
menyampaikan fakta, data, dan informasi serta menjelaskannya, saling bertukar
perasaan dan pemikiran. Komunikasi nonverbal identik dengan komunikasi tanpa
menggunakan kata-kata atau lebih menekankan terhadap pemaknaan simbolsimbol
yang berlaku di sosial masyarakat. Baik komunikasi verbal maupun komunikasi non
verbal memiliki fungsi yang saling terkait pada komunikasi yang dilakukan dalam
sebuah interaksi.
Menurut
penelitian mengenai komunikasi verbal dan non verbal menunjukkan bahwa 80%
komunikasi antara manusia dilakukan secara non verbal. Komunikasi dikatakan
baik apabila komunikasi itu efektif. Dengan komunikasi yang efektif diharapkan
pesan yang disampaikan dapat diterima dengan baik oleh komunikan. Salah satu
indikator keefektifan komunikasi adalah apabila memenuhi sejumlah syarat
tertentu, dimana salah satunya adalah komunikasi yang mampu menimbulkan
kesenangan diantara pihak yang terlibat di dalamnya. Upaya untuk menimbulkan
rasa kesenangan saat berkomunikasi adalah dengan menggunakan apa yang disebut
dengan komunikasi fatis (phatic communication).
Namun,
komunikasi fatis biasanya dilakukan melalui komunikasi verbal dan nonverbal.
Bentuk komunikasi nonverbal adalah sentuhan di pundak atau di punggung lawan
bicara juga dapat mengekspresikan gaya komunikasi fatis. Meskipun komunikasi
fatis ini cukup jarang dibicarakan dalam kajian komunikasi, namun keberadaan
komunikasi fatis disekitar lingkungan sosial ternyata sangat diperlukan dan
mudah ditemukan. Menurut Tubbs dan Sylvia Moss (2009),
Komunikasi
fatis sangat berguna untuk mempertahankan kelangsungan hubungan sosial dalam
keadaan yang baik dan menyenangkan. Hubungan yang baik dan menyenangkan ini
sangat diperlukan bagi seseorang untuk mengembangkan kepribadiannya. Komunikasi
fatis sangat lekat dengan pengaruh budaya masing-masing individu. Adanya
perbedaan konteks komunikasi dalam keberagaman komunikasi antar budaya
terkadang menjadikan komunikasi yang berjalan tidak efektif. Hal ini terjadi
karena keberagaman budaya yang melatarbelakangi individu sangat berperan
terhadap gaya komunikasi seseorang. Gaya komunikasi ini juga akan berpengaruh
ketika individu berbaur di tempat kerja.
Komunikasi
Komunikasi
merupakan penyampaian dan pemahaman suatu maksud. Jika tidak ada informasi atau
ide yang disampaikan, komunikasi tidak terjadi. Agar komunikasi berhasil,
maksud harus ditanamkan dan dipahami (Robbins, Coulter, 2007). Terdapat empat
fungsi utama komunikasi menurut Robbins dan Coulter (2007) adalah :
a. Kontrol Komunikasi bertindak sebagai
kontrol perilaku anggota dalam berbagai cara
b. Motivasi Komunikasi mendorong motivasi
dengan menjelaskan pada karyawan apa yang harus diselesaikan, seberapa baik
mereka melakukannya, dan apa yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kinerja
jika tidak sejajar. Ketika karyawan menetapkan tujuan tertentu, bekerja untuk
tujuan itu, dan menerima umpan balik dari perkembangan tujuan itu, maka
komunikasi diperlukan.
c. Ekspresi emosional Komunikasi yang
terjadi di dalam kelompok adalah mekanisme fundamental di mana anggotanya
berbagi rasa frustasi dan perasaan puas. Komunikasi memberikan penyaluran
perasaan bagi ekspresi emosional dan untuk memenuhi kebutuhan sosial.
d. Informasi Individu dan kelompok
memerlukan informasi untuk menyelesaikan sesuatu dalam organisasi. Komunikasi
menyediakan informasi tersebut. Komunikasi Antar Pribadi Komunikasi
antarpribadi (interpersonal communication) merupakan komunikasi yang
berlangsung dalam situasi tahap muka antara dua orang atau lebih, baik secara
teroganisasi maupun pada kerumunan orang (Wiryanto, 2006). Dapat dikemukakan lima ciri-ciri
komunikasi antarpribadi, antara lain:
1. Arus pesan dua arah. Komunikasi
antarpribadi menempatkan sumber pesan dan penerima dalam posisi yang sejajar,
sehingga memicu terjadinya pola penyebaran pesan mengikuti arus dua arah.
2. Suasana nonformal. Komunikasi
antarpribadi biasanya berlangsung dalam suasana nonformal.
3. Umpan balik segera. Komunikasi
antarpribadi biasanya mempertemukan para pelau komunikasi secara bertatap muka,
maka umpan balik dapat diketahui dengan segera, baik secara verbal maupun
nonverbal.
4. Peserta komunikasi berada dalam jarak
yang dekat. Komunikasi antarpribadi menuntut agar peserta komunikasinya berada
dalam jarak dekat, baik jarak fisik maupun psikologis. Jarak yang dekat dalam
arti fisik, artinya para pelaku saling bertatap muka, berada pada satu lokasi
tempat tertentu dan secara psikologis menunjukkan keintiman hubungan
antarindividu.
5. Peserta komunikasi mengirim dan
menerima pesan secara simultan dan spontan, baik secara verbal maupun
nonverbal. Untuk meningkatkan keefektifan komunikasi antarpribadi, pemanfaatan
kekuatan pesan verbal maupun nonverbal, untuk berupaya saling meyakinkan, dengan
mengoptimalkan penggunaan pesan verbal maupun nonverbal secara bersamaan,
saling mengisi, saling memperkuat sesuai dengan tujuan komunikasi.
Karakteristik
Komunikasi Antarpribadi Pearson dalam Aw (2011) menyebutkan ada enam
karakteristik komunikasi antarpribadi, yaitu:
1. Komunikasi antarpribadi dimulai dengan
diri sendiri (self). Artinya bahwa segala bentuk proses penafsiran pesan maupun
penilaian mengenai orang lain, berangkat dari diri sendiri.
2. Komunikasi antarpribadi bersifat
transaksional. Ciri komunikasi seperti ini terlihat dari kenyataan bahwa
komunikasi antarpribadi bersifat dinamis, merupakan pertukaran pesan secara
timbal balik dan berkelanjutan.
3. Komunikasi antarpribadi menyangkut
aspek isi pesan dan hubungan antarpribadi. Bahwa efektivitas komunikasi
antarpribadi tidak hanya ditentukan oleh kualitas pesan, melainkan juga
ditentukan dari kadar hubungan antar individu.
4. Komunikasi antarpribadi mensyaratkan
adanya kedekatan fisik antara pihakpihak yang berkomunikasi, dengan saling
bertatap muka.
5. Komunikasi antarpribadi menempatkan
kedua belah pihak yang berkomunikasi saling tergantung satu dengan lainnya
(interdependensi), bahwa komunikasi antarpribadi melibatkan ranah emosi,
sehingga terdapat saling ketergantungan emosional di antara pihak-pihak yang
berkomunikasi.
6. Komunikasi antarpribadi tidak dapat
diubah maupun diulang. Artinya, ketika seseorang sudah terlanjur mengucapkan
sesuatu kepada orang lain, maka ucapan itu sudah tidak dapat diubah atau
diulang, karena sudah terlanjur diterima oleh komunikan.
Efektifitas
komunikasi interpersonal diukur dengan menggunakan skala komunikasi
interpersonal yang disusun berdasarkan efektivitas komunikasi interpersonal
oleh Devito (2012) yang meliputi:
1. Keterbukaan (openness) Kedekatan antar
pribadi mengakibatkan seseorang bias dan mampu menyatakan pendapatnya dengan
bebas dan terbuka. Kebebasan dan keterbukaan akan memengaruhi berbagai variasi
pesan baik verbal maupun nonverbal
2. Perilaku positif (positiviness)
Komunikasi interpersonal akan berhasil jika terdapat perhatian yang positif
terhadap diri seseorang, komunikasi interpersonal akan terpelihara baik jika
suatu perasaan positif terhadap orang lain itu dikomunikasikan, suatu perasaan
positif dalam situasi umum amat bermanfaat untuk mengefektifkan kerjasama.
3. Empati (empathy) Kemampuan
memproyeksikan diri kepada peranan orang lain maupun mencoba merasakan dalam
cara yang sama dengan perasaan orang lain.
Komunikasi
internal adalah proses pertukaran informasi dan komunikasi di antara pimpinan
dan para karyawan dalam suatu perusahaan yang menyebabkan terwujudnya struktur
yang khas (organisasi) dan pertukaran gagasan secara horizontal dan vertikal
yang menyebabkan pekerjaan dapat berlangsung secara efektif. Menurut Effendy
(2011) dalam upaya menyampaikan pesan, ide, gagasan serta informasi lainnya
dapat terjadi dalam kontek secara vertikal dan horizontal, maupun terjadi
komunikasi internal sebagai berikut :
a. Komunikasi Vertikal Komunikasi vertikal
adalah komunikasi dari atas ke bawah dan sebaliknya adalah komunikasi dari
pimpinan kepada bawahan dan dari bawahan kepada pimpinan secara timbal balik.
Pimpinan perlu mengetahui laporan, tanggapan, atau saran para karyawan sehingga
suatu kebijaksanaan dapat diambil dalam rangka mencapai tujuan yang telah
ditetapkan.
b. Komunikasi Horizontal Komunikasi
horizontal adalah komunikasi secara mendatar, antar anggota staf dengan anggota
staf, karyawan sesama karyawan, dan sebagainya. Komunikasi horizontal
seringkali berlangsung tidak formal, mereka berkomunikasi satu sama lain bukan
pada waktu mereka sedang bekerja, melainkan pada saat istirahat, sedang
rekreasi atau pada waktu pulang kerja.
Komunikasi
Fatis adalah komunikasi yang bertujuan untuk menimbulkan kesenangan diantara
pihak-pihak yang terlibat didalamnya (Devito, 2012). Malinowski dalam jurnal
Phatic Communion (Senft, 2009), menjelaskan bahwa 7 komunikasi fatis adalah komunikasi
yang tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan sehari-hari. Penggunaan komunikasi
fatis kita dengan orang lain sanagat terkait dengan bagaimana budaya kita
berperan membantuknya. Lebih lanjut Malinowski menjelaskan bahwakomunikasi
fatis bisa jadi bukan hanya bentuk basa-basi atau small talk dalam proses
komuniasi tersebut, tetapi bisa menjadi pembentuk hubungan antar individu
Komunikasi
konteks tinggi adalah komunikasi yang bersifat bias makna dan ambigu, yang
menuntut penerima pesan agar menafsirkannya sendiri. Komunikasi konteks tinggi
bersifat tidak langsung, tidak apa adanya. Komunikasi konteks tinggi mengandung
pesan implisit dan banyak terdapat dalam konteks fisik (physical context),
sehingga makna pesan hanya dapat dipahami dalam konteks pesan tersebut. Ciri-ciri
Komunikasi Konteks Tinggi adalah Typically short, pithy, and poetic
(komunikasinya yang singkat, penuh arti, dan puitis). Komunikasi konteks tinggi
sangat mungkin dipahami jika digunakan di dalam kelompoknya sendiri (in group),
tidak untuk kelompok luar (outsiders). Komunikasi kontekstinggi bertipikal
sedikit berbicara, implisit, dan puitis. Orang berbudaya konteks-tinggi
menekankan isyarat kontekstual, sehingga ekspresi wajah, tensi, gerakan,
kecepatan interaksi dan lokasi interaksi lebih bermakna.
Beberapa
informan juga lebih mengarah pada bentuk komuniksi formal. Artinya hubungan
yang terjalin juga hanya sebatas hubungan kerjaan dan sebatas menyapa saja.
Namun walaupun demikian kominikasi fatis tetap menjadi suatu bentuk komunikasi
wajib dalam hubungan interpersonal terutama ditempat kerja. Peranan Komunikasi
Fatis di Tempat Kerja Berdasarkan hasil wawancara, didapati bahwa para informan
secara keseluruhan mengatakan bahhwa peranan dari komunikasi fatis yang mereka
lakukan adalah untuk memulai hubungan hingga untuk menjaga hubungan.
SIMPULAN
Beberpa
kesimpulan tersebut adalah:
1.
Penggunaan komunikasi fatis sangat sering terjadi di tempat kerja, karena
dianggap sebagai pembuka dalam hubungan yang lebuh akrab.
2.
Komunikasi fatis sangat berperan dalam pembentukan hubungan dan menciptakan
hubungan yang erat antar sesama rekan kerja.
Sudah Membaca "Diana Permatasari 1r1"
ReplyDelete"sudah membaca" Annisa Deswita 1r1
ReplyDeleteSudah membaca "Dinda Dwi Cahya" 1R1
ReplyDeleteSudah membaca"Fadia Fassa 1R1"
ReplyDelete'Sudah membaca' Claudia 1R1
ReplyDelete'sudah membaca'
ReplyDeleteAnisya mawar ramadhani 1r1
"Sudah membaca"
ReplyDeleteEva Aryani Ramadani 1r1
"Sudah membaca"
ReplyDeleteDevieta kamelia putri 1R1
sudah membaca
ReplyDeletesiti purwaningsih 1R1
Sudah membaca
ReplyDelete"Adinda khoirunnisa"
"Sudah Membaca"
ReplyDeletePutri Agustina 1R1
"sudah membaca"
ReplyDeleteAisyah nur Fitriani 1r1
sudah membaca
ReplyDeleteDwi Rahayu 1r2